Selasa, 04 Juli 2017

Latihan 4 Keputusan Investasi dan Struktur Modal (Softskill)

A.      Keputusan Investasi
1.       Pengertian Investasi
Yaitu keputusan yang menyangkut masalah bagaimana manajer harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk – bentuk investasi yang akan mendatangkan keuntungan di masa depan. Jenis dan besarnya investasi tersebut akan mempengaruhi tingkat keuntungannya. Keuntungan yang diharapkan dari investasi tersebut tidak dapat diperkirakan secara pasti, karenanya investasi akan menanggung resiko atau ketidak-pastian. Resiko dan ketidak-pastian dari investasi itu akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan memaksimumkan nilai perusahaan. Investasi berarti pengeluaran dana saat ini dengan harapan memperoleh hasil atau keuntungan di masa datang. Dilihat dari dimensi waktu, investasi dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

a)       Investasi jangka pendek (satu tahun atau kurang ), yaitu investasi pada aktiva lancar (modal kerja), seperti: kas, piutang, inventori, surat-surat berharga.
b)      Investasi jangka panjang ( lebih dari satu tahun), yaitu investasi pada asset riil, seperti: tanah, bangunan, peralatan kantor, kendaraan , asset riil lainnya, dan invesasti pada asset finansial seperti : investasi pada saham dan obligasi.
Keputusan investasi mempunyai dimensi waktu jangka panjang, sehingga keputusan yang akan diambil harus dipertimbangkan dengan baik, karena mempunyai konsekuensi berjangka panjang pula. Keputusan investasi sering disebut sebagai capital budgeting yakni keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana yang jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi satu tahun. Perencanaan terhadap keputusan investasi ini sangat penting karena beberapa hal : (Sutrisno, 2007: 121-122)

2.       Metode Dalam Pengambilan Keputusan Investasi
Ada beberapa alat analisa atau metode dalam keputusan investasi. Metode yang sering digunakan antara lain :
a)       Metode Net Present Value
Net Present value adalah selisih antara nilai sekarang dari cash flow dengan nilai sekarang dari investasi. Dengan metode ini pertama yang harus dilakukan adalah menghitung present value dari penerimaan dengan tingkat discount rate tertentu, kemudian dibandingkan dengan present value dari investasi. Keputusan dari penilaian dengan metode ini bila selisih antara PV dari cash flow lebih besar berarti nilai NPV bernilai posotif, artinya investasi yang dijalankan layak, dan sebaliknya apabila selisih PV dari cash flow lebih kecil dibanding dengan PV investasi, maka investasi dipandang tidak layak.
b)      Metode Payback Period
Payback period adalah suatu metode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas yang diterima, atau dengan kata lain bahwa payback period digunakan untuk mengukur lamanya dana investasi yang ditanamkan kembali seperti semula.
c)       Metode Profitability Index
Metode  ini menghitung perbandingan antara present value dari penerimaan dengan present value dari investasi. Bila Profitability Index lebih besar dari 1 maka proyek investasi layak untuk dijalankan.
d)      Metode Average Rate of Return
Metode ini mengukur seberapa besar tingkat keuntungan dari investasi. Metode ini menggunakan dasar laba akuntansi, sehingga angka yang dipergunakan adalah laba setelah pajak  dibagi dengan rata-rata investasi.
e)      Metode Internal Rate of Return
Internal Rate of return atau Yield untuk suatu investasi adalah tingkat bunga yang menyamakan present value arus kas keluar dan present value arus kas masuk.

3.       Stuktur Modal
a)       Pengertian stuktur modal
Berikut pengertian stuktur modal menurut para ahli :
Menurut J. Fred Weston dan Thomas E Copeland (1996) mengatakan bahwa struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham.
Menurut Frank J Fabozzi and Pamela Peterson (2000), capital structure is the combination of debt and equity used to finance a firm’s projects. The capital structure of a firm is some mix of debt, internally generated equity, and new equity.
Menurut Keown et.al (2000), struktur modal adalah paduan atau kombinasi sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan.
Menurut Farah Margaretha (2004), struktur modal menggambarkan pembiayaan permanen perusahaan yang terdiri atas utang jangka panjang dan modal sendiri.
Jadi, berdasarkan beberapa referensi tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa struktur modal adalah proposi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dengan sumber pendanaan jangka panjang yang berasal dari dana internal dan dana eksternal, dengan demikian struktur modal adalah struktur keuangan dikurangi utang jangka pendek. Sedangkan pengertian struktur keuangan menurut Farah Margaretha (2004) menggambarkan susunan keseluruhan sisi kredit neraca yang terdiri atas utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan modal sendiri.
Utang jangka pendek tidak diperhitungkan dalam struktur modal karena utang jenis ini umumnya bersifat spontan (berubah sesuai dengan perubahan tingkat penjualan) sementara itu utang jangka panjang bersifat tetap selama jangka waktu yang relatif panjang (lebih dari satu tahun) sehingga keberadaannya perlu lebih dipikirkan oleh para manajer keuangan. Itulah alasan utama mengapa struktur modal hanya terdiri dari utang jangka panjang dan ekuitas. Karena alasan itu pulalah biaya modal hanya mempertimbangkan sumber dana jangka panjang (Handono Mardiyanto, 2009).
Kebutuhan dana yang berasal dari dalam atau sering disebut modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri seperti cadangan laba yang berasal dari pemilik seperti modal saham. Modal inilah yang menjadi tanggungan terhadap keseluruhan resiko perusahaan dan dijadikan jaminan bagi kreditor. Sedangkan dana yang berasal dari luar adalah modal yang berasal dari kreditur (panyandang dana), modal inilah yang merupakan utang bagi perusahaan yang bersangkutan (Bambang Riyanto, 1980).
Tujuan dari manajemen struktur modal atau capital structure management adalah menggabungkan sumber – sumber dana yang digunakan perusahaan untuk membiayai operasi. Dengan kata lain, tujuan ini dapat dilihat sebagai pencarian gabungan dana yang akan meminimumkan biaya modal dan dapat memaksimalkan harga saham. Struktur modal yang demikian, dapat kita sebut sebagai struktur modal yang optimal (Ahmad Rodoni dan Herni Ali, 2010).

b)      Teori Struktur Modal
1)      Teori Pendekatan Tradisional
Pendekatan Tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Artinya Struktur Modal mempunyai pengaruh terhadap Nilai Perusahaan, dimana Struktur Modal dapat berubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal.
2)      Teori Pendekatan Modigliani dan Miller
Dalam teori ini berpendapat bahwa Struktur Modal tidak mempengaruhi Perusahaan. Dalam hal ini telah dimasukkan faktor pajak. Sehingga nilai Perusahaan dengan hutang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahan tanpa hutang, Kenaikan tersebut dikarenakan adanya penghematan pajak.
3)      Teori Pecking Order
Teori Pecking Order menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang lebih tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang lebih kecil. Secara spesifik, perusahaan mempunyai urutan-urutan prefensi dalam penggunaan dana. Skenario urutan dalam Teori Pecking Order adalah sebagai berikut :
a.       Perusahaan memilih pandangan internal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba (keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan.
b.       Perusahaan menhitung target rasio pembayaran didasarkan pada perkiraan kesempatan investasi.
c.       Karena kebijakan deviden yang konstan, digabung dengan fluktuasi keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak bisa diprediksi, akan menyebabkan aliran kas yang diterima oleh perusahaan akan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran investasi pada saat saat tertentu dan akan lebih kecil pada saat yang lain.
d.       Jika padangan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkansurat berharga yang paling aman terlebih dulu. Perusahaan akan memulai dengan hutang, kemudian dengan surat berharga campuran seperti obligasi konvertibel, dan kemudian barangkali saham sebagai pilihan terakhir.
4)      Financial Distress Dan Agency Costs
Financial distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka akan timbul biaya kebangkrutan yang disebabkan oleh: keterpaksaan menjual aktiva dibawah harga pasar, biaya likuidasi perusahaan, rusaknya aktiva tetap dimakan waktu sebelum terjual, dan sebagainya. Agency costs atau biaya keagenan adalah biaya yang timbul karena perusahaan menggunakan hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan kreditor. Biaya keagenan ini muncul dari problem keagenan. Jika perusahaan menggunakan utang, ada kemungkinan pemilik perusahaan melakukan tindakan yang merugikan kreditor.
5)      Model trade off
Menurut trade-off theory yang diungkapkan oleh Myers (2001:81), “Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat utang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress)”.Biaya kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan.Trade-off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan utang.
6)      Teori informasi tidak simetris
Awal dekade 1950-an, Gordon Donaldson dari Harvard University mengajukan teori tentang informasi asimetris. Asymmetric information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak lain. Karena asymmetric information, manajemen perusahaan tahu lebih banyak tentang perusahaan dibanding investor di pasar modal. Menurut Martono dan D. Agus Harjito (2000:240) struktur modal yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau biaya modal rata-rata, sehingga akan memaksimalkan nilai perusahaan.

Penulis:
Arsyad Ranggani (41214685)
3DA02

Sumber Referensi:
http://sitipurwitosari.blogspot.co.id/2013/05/fungsi-manajemen-keuangan-menyangkut-3.html
http://arissusetyo.blogspot.co.id/2012/12/keputusan-investasi.html 
http://lybar-accounting.blogspot.co.id/2015/05/modal-struktur-modal-dan-jenis-modal.html

Sabtu, 17 Juni 2017

Tugas 4 Biaya Modal Perusahaan dan Contoh Kasus Serta Solusi Pemecahan Perhitungan (Softskill)

A.      Pengertian Biaya Modal 
Modal dibutuhkan untuk membiayai operasi perusahaan terdiri dari modal asing dan modal sendiri. Modal asing merupakan modal yang berasal dari pinjaman para kreditur dan perbankan. Sedangkan modal sendiri merupakan modal yang berasal dari pihak pemegang saham, maupun dari laba yang ditahan.
Biaya modal (cost of capital) menurut Martono dan Agus Harjito, adalah:
“Biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan”. (2003: 201)
Biaya modal umumnya dihitung atas dasar sesudah pajak (after Tax). Biaya modal rata-rata (average cost of capital) digunakan sebagai ukuran untuk menentukan suatu usulan investasi diterima atau ditolak, dengan membandingkan cost of capital dengan rate of capital atas usul investasi.

B.      Cost of Retained Earning
Biaya modal yang terjadi jika laba ditahan (LD) digunakan untuk reinvestasi di perusahaan ybs, biaya tsb sebesar tingkat keuntungan investasi (rate of return) yang diisyaratkan diterima oleh para investor.
Jika  ”LD”  diinvestasikan pada perusahaan lain akan memproleh keuntungan yang besarnya sama dg keuntungan jika perusahaan reinvestasi sendiri ”LD” tsb.
1)      Biaya modal dihitung berdasarkan biaya untuk masing-masing sumber dana (biaya modal individual).
2)      Namun, jika perusahaan menggunakan beberapa sumber modal maka biaya modal yang dihitung adalah biaya modal rata-rata tertimbang dari seluruh modal yang digunakan.
3)      Biaya modal rata-rata tertimbang ini disebut dengan  ”weight average cost of capital” (WACC).
4)      Konsep biaya modal erat kaitannya dg konsep tingkat keuntungan yg disyaratkan (required rate of return) yg dapat dilihat dari 2 sisi yaitu investor & perusahaan.
5)      Tinggi rendahnya required rate.
6)      Sisi investor, of return merupakan tingkat keuntungan (rate of return) yg mencerminkan tingkat risiko dari aktiva yang dimiliki.
7)      Sisi perusahaan yg menggunakan dana (modal), besarnya required rate of return merupakan biaya modal (cost of capital) yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal tersebut.

C.      Fungsi Biaya Modal
1.       Terkait dengan pajak yg dikenakan pd perusahaan.
Biaya modal yang dikenakan pada modal pinjaman berbeda dengan biaya modal dari modal sendiri. Konsep perhitungan biaya modal didasarkan pd perhitungan:
a)       sebelum pajak (before tax basis)
Perlu disesuaikan dulu dg pajak sebelum dilakukan peritungan biaya modal rata-ratanya seperti bligasi.
b)      setelah pajak (after tax basis).
2.       Sebagai Discount Rate
Untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi yaitu dengan membandingkan tingkat keuntungan (rate of return) dari usulan investasi tsb dengan biaya modalnya.  Biaya modal di sini adalah biaya modal yang menyeluruh (overall cost of capital). Misalnya jika kita menggunakan metode Net Present Value atau Profitability Index untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan investai, maka biaya modal berfungsi sbg "discount rate" yang digunakan untuk menghitung nilai sekarang dari proceeds dan pengeluaran investasi.

D.      Jenis Biaya Modal
1.       Biaya Modal Individual
a)       Biaya Modal Hutang Jangka Pendek
Hutang jangka pendek (hutang lancar) mrp hutang yg jangka waktu pengembaliannya kurang dr 1 tahun, yang terdiri dari hutang perniagaan (trade account payable), hutang wesel & kredit jk pendek dr bank.
b)      Biaya Modal Hutang JK Panjang
Pada dasarnya biaya penggunaan hutang jangka panjang (cost of debt) yang biasanya berasal dari obligasi (cost of bond).
c)       Biaya Modal Saham Preferen (cost of preferred stock atau kp)
Adalah biaya riil yang harus dibayar jika perusahaan menggunakan dana dg menjual saham preferen.
d)      Biaya Modal Saham Biasa dan Laba Ditahan atau Biaya Modal Sendiri (equitas atau ke)
e)      Merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan yang memperoleh dana dengan menjual saham biasa atau menggunakan laba ditahan untuk investasi.

E.       Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya modal
1.       Faktor yang Tidak Dapat Dikendalikan Perusahaan
a)       Tingkat Suku Bunga.
Jika suku bunga dalam perkonomian meningkat, maka biaya utang juga akan meningkat karena perusahaan harus membayar pemegang obligasi dengan suku bunga yang lebih tinggi untuk memperoleh modal utang.
b)      Tarif Pajak.
Tarif Pajak digunakan dalam perhitungan biaya utang yang digunakan dalam WACC, dan terdapat cara-cara lainnya yang kurang nyata dimana kebijakan pajak mempengaruhi biaya modal.
2.       Faktor yang Dapat Dikendalikan Peusahaan.
a)       Kebijakan Struktur Modal.
Perhitungan WACC didasarkan pada tarif bunga setiap kompo-nen modal dengan komposisi struktur modalnya. Sehingga jika struktur modalnya berubah, maka biaya modalnya akan ber-ubah.
b)      Kebijakan Dividend.
Penurunan ratio pembayaran dividend mungkin dapat menye-babkan biaya modal sendiri meningkat, sehingga MACC-nya naik.
c)       Kebijakan Investasi.
Akibat dari kebijakan investasi akan membawa dampak yang  berrisiko. Besar kecilnya risiko inilah yang akan mempengaruhi biaya modal.

F.       Contoh dan penyelesaian / solusi pemecahan perhitungan
PT Marcel  membutuhkan modal yang akan digunakan dalam pendanaan investasinya sebesar Rp. 2.000.000.000,- yang terdiri atas beberapa sumber dana. Berikut ini jumlah dari masing-masing sumber pendanaan tersebut:
a)       Hutang Obligasi:
Jumlah pendanaan sebesar Rp. 500.000.000,-, dengan nilai nominal Rp. 500.000 per lembar. Bunga yang ditawarkan sebesar 20% per tahun dan jangka waktu obligasi 5 tahun. Harga jual obligasi Rp. 462.500,- per lembar dan tingkat pajak 30%.
b)      Saham Preferen:
Besarnya pendanaan saham preferen adalah Rp. 400.000.000,-. Harga jual saham preferen sebesar Rp. 31.250,- setiap lembar dengan dividen sebesar Rp. 4.500,- per lembar.
c)       Saham Biasa:
Jumlah pendanaan dari modal saham biasa sebesar Rp. 1.100.000.000,-. Harga jual saham     Rp. 22.500,- dengan dividen sebesar Rp. 3.125,- setiap lembar dengan pertumbuhan 5%.

Dari informasi di atas hitunglah:
1.       Biaya modal secara individual
2.       Biaya modal keseluruhan

Penyelesaiannya:
1.       Biaya modal secara individual:
a)       Biaya modal hutang obligasi
I    = Rp. 500.000 x 20% = Rp. 100.000,-
sehingga:
kd = I+(N-Nb)/n
(Nb+N)/2
kd     = biaya modal hutang obligasi
I       = Bunga hutang jangka panjang (obligasi) satu tahun dalam rupiah
N      = Harga nominal obligasi atau nilai obligasi pada akhir umurnya
Nb    = Nilai bersih penjualan obligasi
n       = Umur obligasi
jadi
kd =100.000 + (500.000 - 462.500)/5
(462.500 + 500.000)/2
kd =  107.500 ® kd = 22,34%
481.250
Selanjutnya ka disesuaikan dengan tingkat pajak sehingga :
ki = kd (1 – t)
kihy = 22,34% (1 - 0,30)
ki = 22,34% (0,70) =15,64%

b)      Biaya modal saham preferen
kp = Dp / PO
kp      = Biaya saham preferen
Dp      = Dividen saham preferen
PO     = Harga saham preferen saat penjualan
kp = 4.500 / 31.250
kp = 0.144 =14,40%

c)       Biaya modal saham biasa
ke = (Dl / PO) + g
ke    = biaya modal saham biasa
Di    = dividen
P0    = harga penjualan saham saat ini
g      = Grow/ pertumbuhan
ke = (3.125 / 22.500) + 5%
ke = 0,1389 + 0,05% = 0,1889% = 18,89%

2.       Biaya modal keseluruhan (weighted average cost of capital, WACC)
Biaya modal keseluruhan dengan menghitung besarnya WACC, sebagai berikut:



Jadi biaya modal keseluruhan atau biaya modal rata-ratanya adalah 17,18%


Penulis:
Arsyad Ranggani (41214685)
3DA02

Sumber Referensi:
http://pengertian-menurut.blogspot.co.id/2015/11/pengertian-dan-jenis-jenis-cost-of.html
http://qzhan-zone.blogspot.co.id/2014/09/contoh-soal-dan-jawaban-biaya-modal.html
https://infomanajerna.blogspot.co.id/2012/12/biaya-modal-1.html

Sabtu, 06 Mei 2017

Latihan 3 Break Even Point dan Contoh Kasus (Softskill)



A. Definisi Break Event Point
     Pengertian Break Even Point adalah kondisi dalam suatu operasi entitas bisnis tidak menghasilkan laba, pun tidak mengalami kerugian. Dalam bahasa sederhana: IMPAS (pendapatan = beban). Break Even Point seringkali disingkat BEP dalam penyebutannya agar mudah oleh kebanyakan orang.

B. Manfaat Break Event Point
  1. Sebagai alat dalam perencanaan untuk menghasilkan laba.
  2. BEP menydiakan informasi tentang berbagai tingkat jumlah volume suatu penjualan dan hubungannya dengan potensi mendapatkan laba berdasarkan tingkat volume penjualan yang bersangkutan.
  3. Untuk mengevaluasi laba entitas secara keseluruhan.
  4. Mengganti tebalnya sistem laporan dengan grafik yang sangat mudah dibaca ataupun dimengerti.
C. Kegunaan Break Event Point
     Diatas sudah dijabarkan analisa BEP penting bagi pimpinan manajemen suatu perusahaan untuk bisa mengetahui berapa tingkat produksi dimana total biaya yang dikeluarkan akan sama dengan total jumlah penjualan. Dengan kata lain, dengan: BEP manajemen akan tahu hubungan antara produksi, harga jual, penjualan, biaya, laba ataupun rugi sehingga bisa mempermudah manajemen dalam pengambilan sebuah keputusan.

D. Contoh kasus dan penyelesaian
     Sebuah perusahaan mempunyai data sebagai berikut:
Kapasitas normal200.000 unit
Biaya tetapRp 12.000.000,00
Biaya variabelRp 135,00 per unit
Harga jualRp 225,00 per unit
Diminta:
a) Membuat break even point dalam rupiah, unit, dan persentase dari kapasitas!
b) Margin of safety ratio bila operasi pada kapasitas normal!
c) Berapa break even point apabila harga jual turun Rp 25,00!
d) Berapa penjualan harus dilakukan untuk memperoleh laba : Rp 3.000.000,00 dengan data a dan data c!
e) Break Event Point dalam rupiah bila biaya tetap turun Rp. 2.000.000!


Jawab :
a)
Break Event Point = biaya tetap 1-(VC/Harga jual) = Rp.12.000.0001-135225 =Rp.12.000.0000.4 = Rp. 30.000.000
Dalam Unit = Rp. 30.000.000/225 = 133.330 unit
Dalam presentase = 133.330 unit/200.000 unit x 100% = 66.6%
b) 
Presentase margin of saley = 100%-66.6% = 33.3%
Bila di nyatakan dengan rupiah = 33.3%(200.000 x Rp. 225) = Rp. 15.000.000
c) 
BEP Biaya tetap1-(VC/Harga jual) = Rp.12.000.0001-(135200) = Rp.12.000.0000.325 = Rp.37.000.000
d) 
Jumlah unit yang diperlukan (Rp. 12.000.000 + Rp. 3.000.000)/0.4 = Rp. 37.500.000
e) 
Jumlah Unit yang diperlukan (Rp. 12.000.000 + Rp. 3.000.000)/0.325 = Rp. 46.100.000

Penyusun: Arsyad Ranggani, 41214685. 3DA02

Tugas 3 Analisis Sumber dan Penggunaan Dana Kas & Analisis Perubahan Penghasilan dan Biaya (Softskill)

ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA KAS


A. Dana dalam Aliran Kas

     Pengertian dana kas yaitu menggambarkan suatu ringkasan sumber dan penggunaan kas selama periode yang bersangkutan. Penggunaan kas disusun untuk menunjukan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaannya. 
     Laporan perubahan kas dapat digunakan untuk menaksir kebutuhan kas di masa mendatang dan kemungkinan sumber-sumber yang ada dan sebagai dasar perencanaan dan peramalan kebutuhan kas atau di masa yang akan datang. 
     Dalam menyusun sumber-sumber dan penggunaan dana di mana dana adalah dalam artian kas, langkah-langkah adalah sebagai berikut:
  1. Menyusun Laporan perubahan Neraca yang menggambarkan perubahan masing-masing elemen neraca antara dua titik waktu yang akan dianalisa (bulanan atau tahunan) dan memisahkan elemen yang memperbesar kas dan elemen yang memperkecil kas.
  2. Mengelompokkan elemen-elemen dalam Laporan Rugi dan Laba atau laporan Laba ditahan ke dalam golongan yang memperbesar kas dan golongan yang memperkecil jumlah kas.
  3. Menyusun laporan sumber dan penggunaan kas, dengan mengadakan konsolidasi dari semua informasi tersebut ke dalam Laporan sumber-sumber dan penggunaan dana.

B. Sumber Kas
     Kas merupakan ktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal yang paling tinggi likuiditasnya, berarti semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Akan tetapi, suatu perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah yang besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerninkan adanya over investment dalam kas dan berarti pula perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas. Sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari :
  1. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud (intangible assets), atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas.
  2. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas.
  3. Pengeluaran surat tanda bukti utang, baik jangka pendek (wesel) maupun utang jangka panjang (utang obligasi, utang hipotik, atau utang jangka panjang lain) serta bertambahnya utang yang diimbangi dengan penerimaan kas.
  4. Adanya penurunan atau berkurannya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan penerimaan kas pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya penjualan secara tunai, adanya penurunan surat berharga (efek) karena ada penjualan dan sebagainya.
  5. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau dividen dari investasinya, sumbangan ataupun hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya.
  6. Keuntungan dari operasi perusahaan, Apabila perusahaan memperoleh keuntungan neto dari operasinya berarti ada tambahan dana dari perusahaan yang bersangkutan

C. Penggunaan Kas
     Adapun penggunaan atau pengeluaran kas dapat di sebabkan oleh adanya transaksi-transaksi sebagai berikut:
  • Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta pembelian aktiva tetap lainnya.
  • Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengembalian kas perusahaan oleh pemilik perusahaan.
  • Pelunasan pembayaran angsuran utang jangka pendek maupun utang jangka panjang.
  • Pembelian barang secara tunai, adanya pembayaran biaya operasi yang meliputi upah dan gaji,
  • Pembelian supplies kantor, pembayaran sewa, bunga, premi asuransi, advertensi, dan adanya persekot-persekot biaya maupun persekot pembelian.
  • Pengeluaran kas untuk pembayaran dividen (bentuk pembagian laba lainnya secara tunai), pembayaran pajak, denda-denda, dan sebagainya.
  • Adanya kerugian dalam operasi perusahaan. Terjadinya kerugian dalam operasi perusahaan dalam mengakibatkan berkurangnya kas atau menimbulkan utang yaitu bila diperlukan dana untuk menutup kerugian tersebut. Timbulnya utang sebenarnya merupakan sumber dana tetapi dana ini digunakan untuk menutup kerugian tersebut.

D. Elemen - Elemen Sumber dan Penggunaan Kas
     Dari laporan perubahan neraca dan laporan rugi laba elemen-elemen yang memperbesar kas disebut sumber-sumber dana adalah:

Berkurangnya aktiva lancar selain kas
  • Berkurangnya barang (inventory) terjadi karena terjualnya barang tersebut dan hasil penjualan itu merupakan sumber dana/ kas bagi perusahaan.
  • Berkurangnya piutang berarti piutang telah dibayar dan penerimaan piutang merupakan penambahan dana yang diterima oleh perusahaan yang bersangkutan.
  • Berkurangnya surat-surat berharga (efek) berarti efek itu terjual dan hasil penjualan tersebut merupakan sumber dana/ kas bagi perusahaanBerkurangnya aktiva tetap
  1. Berkurangnya aktiva tetap bruto berarti sebagian aktiva tetap harus dijual dan hasil penjualannya merupakan sumber dana Berkurangnya aktiva tetap neto berarti adanya depresiasi dalam tahun yang bersangkutan
  2. Bertambahnya setiap jenis utang
  3. Bertambahnya modal
  4. Adanya keuntungan dari operasi perusahaan

Apabila perusahaan mendapatkan keuntungan neto dari operasinya berarti bahwa ada tambahan dan bagi perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan elemen-elemen dari laporan perubahan neraca dan laporan rugi laba yang memperkecil kas adalah :
  • Bertambahnya aktiva lancar selain kas


Bertambahnya aktiva lancar dapat terjadi karena pembelian barang dan pembelian barang membutuhkan dana. Dengan demikian, penambahan aktiva lancar merupakan penggunaan dana.

  • Bertambahnya aktiva tetap


Bertambahnya aktiva tetap bruto dapat terjadi karena adanya pembelian aktiva tetap dan pembelian aktiva tetap merupakan penggunaan dana

  • Berkurangnya utang


Berkurangnya utang, baik utang lancar maupun utang jangka panjang dapat terjadi karena perusahaan telah melunasi atau mengangsur utangnya. Pembayaran kembali utang berarti penggunaan dana

  • Berkurangnya modal


Berkurangnya modal dapat terjadi karena pemilik perusahaan mengambil kembali atau mengurangi modal yang tertanam dalam perusahaan.

Berkurangnya modal berarti berkurangnya dana. Ini berarti bahwa penggunaan modal itu merupakan penggunaan dana.

  • Pembayaran cash deviden


Pembayaran cash deviden merupakan penggunaan dana. Cash deviden dibayarkan dari keuntungan neto sesudah pajak

  • Kerugian operasi perusahaan


Timbulnya kerugian selama periode tertentu dapat disertai dengan berkurangnya aktiva atau bertambahnya utang. Sebenarnya bertambahnya utang merupakan sumber dana tetapi dengan adanya kerugian. Dengan demikian, maka adanya kerugian merupakan penggunaan dana.



ANALISIS PERUBAHAN PENGHASILAN DAN BIAYA

A. Pengertian Analisis Perubahan Penghasilan Dan Biaya

Analisis pos-pos laporan laba rugi yang terperinci sangat penting karena keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang akan tergantung pada realisasi keuntungan. Analisis pos-pos laporan laba rugi untuk satu periode saja akan kurang berarti karena tren dari penghasilan, harga pokok penjualan, dan biaya tidak dapat ditentukan. Dari perbandingan pos-pos penting seperti total penjualan, harga pokok penjualan, laba bruto, biaya usaha, laba usaha, dan laba bersih selama dua periode atau lebih akan diperoleh gambaran tentang perubahanya. Apakah perubahan tersebut menguntungkan atau merugikan, faktor-faktor yang menyebabkan adanya perubahan itu, memerlukan analisis lebih lanjut.

Dari hasil penjualan yang diperoleh sebagian akan digunakan untuk menutup harga pokok penjualan dan biaya-biaya usaha dan sisanya perubahan laba usaha. Apabila volume penjualan dicapai dengan biaya-biaya usaha yang bertambah besar, ini akan mengurangi laba usaha, dan akibatnya mungkin tidak diperoleh laba yang cukup untuk membayar beban bunga dan deviden (bagian keuntungan bagi pemegang saham). Kenaikan dalam volume penjualan belum tentu menguntungkan bagi perusahaan apabila kenaikan volume penjualan itu diikuti kenaikan biaya-biaya usaha yang cukup besar. Analisis perubahan akan mencakup studi tentang perubahan penjualan, perubahan laba bruto, dan perubahan laba bersih. Juga penting dipelajari adanya perubahan tingkat harga selama jangka waktu yang diamati. Dalam menganalisis penjualan, juga perlu di analisis adanya retur dan rabat penjualan yang harus dikurangi dari penjualan bruto. Banyaknya retur penjualan mungkin disebabkan oleh kurang hati-hatinya pada waktu pengepakan dan pengiriman barang pesanan langganan sehingga menyebabkan rusaknya atau cacatnya barang dan rendahnya kualitas barang.

B. Rasio Harga Pokok Penjualan Dengan Penjualan Bersih Dan Rasio Laba Bruto Dengan Penjualan Bersih

Selesih antara penjualan bersih (unit penjualan kali harga jual) dengan harga pokok penjualan (unit penjualan kali unit cost) menunjukan laba bruto. Laba bruto digunakan untuk menutup biaya usaha dan biaya lain-lain, sisanya merupakan laba bersih atau rugi. Rasio harga pokok penjualan dengan penjualan bersih dihitung dengan membagi harga pokok penjualan dengan penjualan bersih, rasio ini mencerminkan persentase dari penjualan bersih yang diserap untuk ongkos barang jadi yang kemudian dijual. Rasio laba bruto dengan penjualan bersih dihitung dengan membagi laba bruto dengan penjualan bersih, rasio ini dapat juga dihitung dengan mengurangkan rasio harga pokok penjualan dengan penjualan bersih dari angka 100%.

C. Laporan Perubahan Laba Bruto

Dalam suatu perusahaan yang memproduksi dan menjual satu macam produk atau barang, laporan perubahan laba bruto menunjukkan pengaruh perubahan dalam volume penjualan, perubahan dalam harga jual, dan perubahan dalam harga pokok barang yang di produksi dan dijual. Dengan perkataan lain laporan tersebut menunjukan:
  1. Perubahan penjualan yang disebabkan adanya perubahan dalam jumlah unit yang dijual dan perubahan dalam harga pokok penjualan per unit.
  2. Perubahan harga pokok penjualan yang disebabkan adanya perubahan dalam jumlah unit yang dijual dan perubahan dalam harga pokok per unit.
D. Hubungan Biaya Usaha Dengan Penjualan Netto

Antara biaya usaha dengan volume penjualan terdapat hubungan yang penting. Analisis masing-masing pos biaya usaha dalam hubungannya dengan volume penjualan bertujuan untuk mengetahui kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya sehubungan dengan perubahan volume penjualan. Apabila volume penjualan berubah biasanya beberapa biaya penjualan seperti biaya advertensi (biaya iklan) atau promosi penjualan, biaya penyimpanan, biaya pengiriman, biaya pengepakan, gaji dan komisi salesman, biaya telepon akan ikut berubah pula. Biaya umum dan administrasi cenderung tidak banyak berubah terutama apabila meningkatnya penjualan di sebabkan faktor kenaikan harga penjualan.

Rasio masing-masing biaya usaha (biaya penjualan, biaya umum, dan administrasi) dengan penjulan netto menunjukkan persentase dari penghasilan atau penjualan netto yang telah dipergunakan untuk menutup berbagai biaya usaha. Rasio semacam ini amat bermanfaat dalam pembandingan antarperusahaan sejenis atau pembandingan dari tahun ke tahun untuk perusahaan dengan penjualan netto.



Penyusun: Arsyad Ranggani, 41214685, 3DA02