Jumat, 07 April 2017

Tugas 2 Analisis Perbandingan Laporan Keuangan dan Contoh Kasus (Softskill)

A.      Pengertian Analisis Perbandingan Laporan Keuangan
Analisis perbandingan merupakan metode analisa terhadap laporan keuangan dengan cara memprbandingkan untuk dua periode atau lebih, atau memperbandingkan laporan keuangan suatu perusahaan lain. Tetapi pada umumnya dilakukan untuk beberapa periode dari suatu perusahaan sehingga dapat diketahui sifat dan tendensi perubahan yang terjadi dalam perushaan tersebut. Analisa terhadap laporan keuangan dimaksudkan agar dapat keuangan tersebut dapat lebih berarti dalam mendukung keputusan yang akan diambil baik oleh manajemen maupun pihak ekstern yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan.

Laporan keuangan dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan  (progress report) secara periodic yang dilakukan pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan. Adapun sifat dari laporan keuangan dimaksud adalah menyajikan data historis serta menyeluruh yang terdiri dari data yang merupakan hasil kombinasi antara : fakta yang telah dicatat (recorded fact), prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi serta pendapat pribadi.
Data keuangan tersebut akan lebih berarti lagi bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila di analisa lebih lanjut sehingga dapat diperoleh informasi yang dapat mendukung keputusan-keputusan yang akan diambil dikemudian hari. Untuk itu ada beberapa aspek dalam laporan keuangan yang dianggap penting dan perlu mendapat perhatian khusus sehingga perlu dievaluasi serta dianalisis lebih lanjut.
Soemarso. (2005:380) mengemukakan bahwa analisa perbandiangan merupakan salah satu tehnik analisa laopran keuang yang mempunyai makna ataupun dapat menjelaskan arah perubahan suatu fenomena. Angka – angka dalam laporan keuangan akan sedikit artinya bila dilihat secara sendiri-sendiri. Dengan analisa, pemakaian laporan keuangan lebih mudah menginterprestasikannya.

B.       Manfaat Analisis Perbandingan Laporan Keuangan
Manfaant dari analisa laporan keuangan untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan secara periodik yang dilakukan pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan dan dapat menyajikan data historis serta menyeluruh yang terdiri dari data yang ada merupakan hasil kombinasi antara fakta yang telah dicatat, prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi setra pendapat pribadi.
Selanjutnya dengan melakukan analisa perbandingan laporan keuangan sangat membantu para manajer, karena dengan laporan keuangan yang diperbandingkan untuk beberapa periode akan diketahui sifat dan tendensi perubahan yang terjadi dalam perusahaan.

C.       Faktor Yang Mempengaruhi Analisa Perbandingan Laporan Keuagan
Analisa laporan keuangan terdiri dari penelaahan atu mempelajari hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan. Faktor yang paling utama harus diperhatikan adalah :
1.         Likuidasi
Likuidasi merupakan bentuk kemampuan yang dalam hal ini adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuanganya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiaban tepat pada waktunya disebut “likuid”. Sedangkan perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajiaban pada saat ditangih disebut ”illikuid”
2.         Solvabilitas
Solvabilats merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban apabila perusahaan tersebut dilikudasikan, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Apabila perusahaan dikatakan “solvable”, bila perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang – huatangnya, sebaliknya apabila jumlah aktiva tidak cukup atau lebih kecil dari pada jumlah hutangnya, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan  “insolvable”.
3.         Provitabilitas
Merupakan bentuk kemampuan dari suatu perusahaan dalam hal menghasilkan laba selama periode tertentu. Provitabilitas perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut.
4.         Stabilitas usaha
Stabilitas perusahaan merupakan bentuk kemampuan dari perusahaan tersebut dalam hal pempertahankan operasional perusahaan yang bersangkutan dan pada umumnya ditunjukkan dengan kemampuan melakukan usaha secara stabil yang diukur dengan mempertimbangkan kemamapuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang – hutangnya tepat pada waktunya. Dengan demikian perusahaan juga mamapu untuk membayar deviden secara tertentu kepada para pemengangsaham tanpa menagalami hambatan atau krisis keuangan.
Factor – factor tersebut di atas (likwiditas, solvabilitas, provitabilitas dan satbulitas usaha). Akan dapat diketahui dengan cara melakukan analisa dan menginterprestasikan laporan keuangan perusahaan dengan menggunakan metode atau teknik analisa yang tepat dangan tujuan analisa. Dengan analisa tersebut dapat deperoleh informasi yang berhubungan dengan masalah kinerja keuangan dan hasil yang dicapai oleh perusahaan.

D.      Teknik Analisa
Teknik analisa biasa digunakan untuk mengukuar hubungan antara antara akun – akun yang ada dalam laporan. Sehingga dapat diketahui perubahan  dari masing -  masing akun tersebut bila diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periaode untuk satu perusahaan tertentu atau dengan alat – alat pembanding seperti: diperbandingkan dengan laporan keuangan yang dibudgetkan atau dengan laporan keuangan perusahaan lain.
Ada beberapa teknik analisi yang biasa digunakan oleh para analisa dalam menaganalisa laporan keuangan, daiantaranya:
1.      Analisa perbandingan laporan keuangan, yaitu teknik analisa dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukkan :
a.       Data absolute atau jumlah – jumlah satuan mata uang.
b.      Kenaikan atau penurunan dalam suatu mata uang.
c.       Kenaiakan atau penurunan dalam persentase.
d.      Perbandinga yang dinyatakan dengan rasio.
e.       Persentase dari total.
2.    Trend atau tendensi, teknik analisa untuk mengetahui tendensi posisi dan kemujuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam persentase (trend percentage analysis), yaitu teknik analisa untuk mengetahui tendensi dari pada keadaan keuanganya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
3.    Laporan dalam persentse per komponen yaitu suatu teknik analisa untuk mengetahui prosentase investasi pada masing – masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.

E.       Contoh Kasus Analisis Perbandingan Laporan Keuangan

















Hasil Analisa
Dari neraca yang diperbandingkan antara akhir tahun 2010 dengan 2011, menunjukkan: Jumlah rupiah masing-masing aktiva, hutang dan modal serta jumlah total masing-masing golongan aktiva, hutang dan modal pada tanggal 31 desember 2010 dan 31 desember 2011 dengan perubahan-perubahannya. Dari perubahan (kenaikan da penurunan) dapat diketahui bahwa :
a.       Aktiva lancar naik Rp. 61.093.000.321, sedangkan aktiva tidak lancar naik pada Rp. 22.533.622.098, hutang jangka pendek naik sebesar Rp. 50.474.299 dan hutang jangka panjang naik sebesar Rp. 11.643.752.259 serta modal naik sebesar Rp. 71.932.395.861. Hal ini menunjukkan adanya kenaikan modal kerja (modal kerja= aktiva lancar dikurangi hutang lancar) yang kemungkinan di sebabkan oleh:
·         Diperolehnya keuntungan atau laba
·         Perubahan aktiva tetap menjadi aktiva lancar melalui proses penjualan ataupun penyusutan
·         Diperolehnya hutang jangka panjang atau liabilitas jangka panjang.
·         Dengan adanya perubahan hutang lancar menunjukkan adanya perbaikan posisi keuangan jangka pendek.
b.      Aktiva naik sebesar Rp.83.626.622.429, hutang naik sebesar Rp. 11.643.752.259, dan ekuitas naik sebesar Rp. 71.932.395.861.
c.       Perubahan dalam jumlah-jumlah rupiah seperti yang diterangkan diatas (a dan b), Nampak lebih jelas lagi perubahan dalam prosentasenya. Aktiva lancar naik dengan 10% sedangkan aktiva tidak lancar hanya naik 8 %, total aktiva naik sebesar 8% dan hutang jangka pendek 0% dimana tidak naik dan tidak turun, dan hutang jangka panjang naik sebesar 28 % dan ekuitas sebesar 8%. Hal ini menunjukkan bahwa posisi keuangan jangka panjang dalam tahun 2011 lebih baik daripada tahun 2010. Perubahan-perubahan dalam prosentase ini lebih mendukung hasil analisa.

Dalam neraca yang diperbandingkan tersebut diketahui pula prosentasenya masing-masing pos terhadap jumlah aktiva ataupun jumlah hutang dan ekuitas. Data ini sangat membantu bagi pengambilan keputusan terhadap perusahaan yang bersangkutan.
Analisis laporan laba rugi yang di perbandingkan antara periode 2010 dan 2011 akan di peroleh berbagai  kesimpulan yang dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan . di samping itu diketahui tingkat perkembangan dan efesiensi yang telah di capai misalnya:
Dalam tahun 2010, beban pokok yang di peroleh adalah 63% dan pada tahun 2011 beban pokok yang diperoleh sebesar 64 %. Hal ini akan memperngaruhi laba kotornya.
a.       Adanya kenaikan penjualan dapat mengakibatkan perubahan naiknya laba bersih . walaupun bila dihubungkan dengan tingkat penjualannya kan menghasilkan  presentasenya sama  12%.
b.      Biaya penjualan naik Rp 18,552,650,642 dan biaya umum & admin naik menjadi Rp 19,669,959,636.
c.       Laba usaha yang di hasilkan pada tahun 2010 naik di 2011 menjadi Rp 193,065,034,262  kenaikan nya hingga Rp 19,99,408,246.
d.      Pada tahun 2010 ke 2011 laba berih tahunnan mengalami kenaikan yang tadinya tahun 2010 sebesar Rp 131,445,098,783  pada tahun 2011 sebesar Rp 140,038,819,641. Kenaikan itu sebesar Rp 8,593,720,858.

Dari hasil analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa :
a.       Ditinjau dari faktor likuiditas tahun 2011 lebih baik daripada likuiditas tahun 2010, karena current ratio (aktiva lancar dibandingkan dengan hutang lancar) tahun 2010 sebesar 1068% (610.789.437.218 : 57.165.989.460 x 100%)yang berarti bahwa setiap Rp 1,- hutang lancar dijamin dengan Rp 10,68 aktiva lancar atau dijamin Rp 10,68 modal kerja, sedang dalam tahun 2011 sebesar 1174% (671.882.437.539 : 57.216.463.759 x 100%)atau setiap Rp 1,- hutang lancar dijamin dengan Rp 11,74 aktiva lancar.
b.      Ditinjau dari faktor solvabilitas tahun 2011 lebih solvabel daripada tahun 2010 karena solvabilitas tahun 2011 (jumlah aktiva dibanding dengan jumlah hutang) ada 1023% (1.130.865.062.422 : 110.452.261.687 x 100%) sedang tahun 2010 hanya 1060% (1.047.238.440.003 : 98.758.035.129 x 100%).
c.       Ditinjau dari rentabilitas atau efisiensi perusahaan secara keseluruhan, maka tahun 2011 lebih efisen dibanding tahun 2010. Rentabilitas ekonomis tahun 2011 ada 8% (1.130.865.062.422 : 1.047.238.440.003 x 100%) sedang tahun 2010 hanya 10% (671.882.437.539 : 610.789.437.218 x 100%), rentabilitas modal sendiri (tanpa memperhatikan beban pajak) dalam tahun 2011 19% (190.142.752.846 : 1.020.412.800.735 x 100%)dan tahun 2010 18% (173.525.426.744 : 948.480.404.874 x 100%).


Penulis:
Arsyad Ranggani (4124685)
3DA02

Sumber Referensi:
http://taramastura.blogspot.co.id/2011/10/analisa-perbandingan-laporan-keuangan.html
http://fitrisiwon.blogspot.co.id/2013/04/analisa-laporan-keuangan.html

Latihan 2 Analisis Rasio Laporan Keuangan dan Contoh Kasus (Softskill)

A.        Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah perbandingan matematis mengenai rekening yang ada dalam laporan keuangan dengan rekening lainnya yang juga ada dalam laporan keuangan untuk mendapatkan suatu informasi keuangan sehubungan dengan kepentingan manajemen dalam mengambil keputusan. Hasil dari analisis rasio keuangan berguna untuk membantu investor, kreditor, dan manajemen internal perusahaan dalam memahami kinerja perusahaan mereka serta sebagai dasar dalam melakukan perbaikan.
Rasio keuangan merupakan alat yang paling umum digunakan untuk menganalisis kondisi suatu bisnis. Rasio keuangan sangat mudah untuk dimengerti dan cara menghitungnya juga sederhana. Rasio keuangan dapat digunakan dalam perusahaan besar maupun kecil karena rasio keuangan hanyalah sebuah perbandingan matematis, yang memberikan perhitungan baku mengenai posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Rasio keuangan memungkinkan kita untuk membandingkan perusahaan-perusahaan yang ada di dalam dunia industri, baik perusahaan dengan skala besar ataupun kecil, Rasio keuangan juga memberikan kesempatan kepada kita untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan.


B.        Tujuan & Manfaat Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan terutama bertujuan untuk mendapat gambaran tentang baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan pada saat dianalisis. Berdasarkan hasil analisis tersebut manajemen akan memperoleh suatu informasi tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan. Informasi tersebut dapat membantu manajer dalam memahami apa yang perlu dilakukan perusahan selain itu manajer dapat membuat keputusan-keputusan penting di masa yang akan datang.
Analisis rasio keuangan tidak hanya penting bagi pihak manajemen tetapi penting juga bagi pihak ekstern perusahaan. Bagi pihak ekstern, analisis rasio keuangan penting untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan keuangan suatu perusahaan. Dengan mengetahui perkembangan keuangan perusahaan tersebut mereka dapat memutuskan apakah akan tetap menginvestasikan dananya pada perusahaan tersebut atau tidak.
Manfaat dari analisis rasio keuangan adalah dapat mengetahui adanya kekuatan atau kelemahan keuangan dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan membandingkan angka rasio keuangan dengan standar yang ditetapkan maka akan diperoleh manfaat lain yaitu dapat diketahui apakah dalam aspek keuangan tertentu perusahaan berada di atas standar atau di bawah standar. Apabila perusahaan berada di bawah standar, maka manajemen akan mencari faktor-faktor yang menyebabkannya untuk kemudian diambil kebijakan keuangan untuk dapat menaikkan rasio perusahaannya kembali.

C.       Macam-Macam Rasio dan Metode Perhitungan Rasio
Menurut Riyanto (2010:331), umumnya rasio dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) tipe dasar, yaitu:
1.        Rasio Likuiditas, adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya.
2.        Rasio Leverage, adalah rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan hutang.
3.        Rasio Aktivitas, adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dananya.
4.        Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang mengukur hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan.
Menurut Prihadi (2008:8), mengemukakan beberapa hal penggunaan rasio keuangan dengan variasinya:
1.        Setiap peneliti berhak menentukan rasio yang digunakan.
2.        Tidak ada regulasi tentang penggunaan rasio tertentu.
3.        Setiap rasio mempunyai keterbatasan arti di samping kelebihannya.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan aspek rasio likuiditas, leverage, aktivitas dan profitabilitas.
1.        Rasio Likuiditas
Menurut Harahap (2009:301), rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Untuk dapat memenuhi kewajibannya yang sewaktu-waktu ini, maka perusahaan harus mempunyai alat-alat untuk membayar yang berupa aset-aset lancar yang jumlahnya harus jauh lebih besar dari pada kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar berupa kewajiban-kewajiban lancar. Mengenai rasio-rasio likuiditas sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 332), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
a.         Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara aset lancar dengan kewajiban lancar. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

                                                  Aset Lancar
               Current Ratio =  ------------------------ 
                                              Kewajiban Lancar

Rasio ini merupakan cara untuk mengukur kesanggupan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya, dengan pedoman 2:1 atau 200% ini adalah rasio minimum yang akan dipertahankan oleh suatu perusahaan. Menurut Fahmi (2011:61), kondisi perusahaan yang memiliki current ratio yang baik adalah dianggap sebagai perusahaan yang baik dan bagus, namun jika current ratio terlalu tinggi juga dianggap tidak baik karena dapat mengindikasikan adanya masalah seperti jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang tak tertagih.
b.        Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara aset lancar dikurangi persediaan dengan kewajiban lancar. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

                                 Aset Lancar - Persediaan
      Quick Ratio = -----------------------------------
                                       Kewajiban Lancar

Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang retaif lama untuk direalisir menjadi uang kas, walaupun kenyataannya mungkin persediaannya lebih likuid dari pada piutang. Menurut Fahmi (2011:62), apabila menggunakan rasio ini maka dapat dikatakan bahwa jika suatu perusahaan mempunyai nilai quick ratio sebesar kurang dari 100% atau 1:1, hal ini dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya.

2.        Rasio Leverage
Menurut Harahap (2009:306), rasio leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh kewajiban atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh ekuitas. Setiap penggunaan utang oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap rasio dan pengembalian. Rasio ini dapat digunakan untuk melihat seberapa resiko keuangan perusahaan. Mengenai rasio-rasio leverage sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 333), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
a.         Rasio Hutang (Debt Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara total kewajiban dengan total aset. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

                         Total Kewajiban
Debt Ratio = -------------------------
                              Total Aset

Rasio ini menunjukkan sejauh mana kewajiban dapat ditutupi oleh aset. Menurut Fahmi (2011:63), semakin rendah rasio ini semakin baik karena aman bagi kreditor saat likuidasi.
b.        Time Interest Earned
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak atau laba operasi (EBIT) dengan beban bunga. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:


                                                  EBIT
Time Interest Earned = ------------------------
                                            Beban Bunga

Rasio ini menunjukkan sejauh mana besarnya jaminan keuntungan sebelum bunga dan pajak atau laba operasi (EBIT) untuk membayar beban bunganya. Menurut Fahmi (2011:63), semakin tinggi rasio semakin baik karena perusahaan dianggap mampu untuk membayar beban bunga periode tertentu dengan jaminan laba operasi yang diperolehnya pada periode tertentu.

3.        Rasio Aktivitas
Menurut Harahap (2009:308), rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya. Rasio ini dinyatakan sebagai perbandingan penjualan dengan berbagai elemen aset. Elemen aset sebagai pengguna dana seharusnya bisa dikendalikan agar bisa dimanfaatkan secara optimal. Semakin efektif dalam memanfaatkan dana semakin cepat perputaran dana tersebut, karena rasio aktivitas umunya diukur dari perputaran masing-masing elemen aset. Mengenai rasio-rasio aktivitas sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 334), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
a.         Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Rasio ini merupakan perbandingan antara harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

                                      Harga Pokok Penjualan
Inventory Turnover = --------------------------------
                                         Rata-rata persediaan

Rasio ini menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus persediaan normal. Menurut Harahap (2009:308), semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat.
b.        Rata-Rata Periode Pengumpulan Piutang (Day’s Sales Outstanding)
Rasio ini merupakan perbandingan antara piutang dengan penjualan dibagi jumlah hari dalam setahun. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

                                                               Piutang
Day’s Sales Outstanding = ----------------------------------
                                                     Penjualan / 360 hari

Rasio ini mengukur waktu rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang dari penjualan. Menurut Munawir (2010:76), kalau rata-rata periode pengumpulan piutang lebih dari 60 hari menunjukkan perusahaan tersebut kurang baik, terutama bagian penagihan, sehingga tidak mampu menagih piutang pada saatnya, atau perusahaan tersebut telah memberikan syarat-syarat kredit yang terlalu lunak pada langganannya. Di samping itu semakin besar rasio ini bagi suatu perusahaan semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang.
c.         Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover)
Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aset. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

                                             Penjualan
Total Asset Turnover = ------------------------
                                             Total Aset

Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aset yang dimiliki perusahaan. Menurut Harahap (2009:309), semakin besar rasio ini semakin baik karena perusahaan tersebut dianggap efektif dalam mengelola asetnya.

4.        Rasio Profitabilitas
Menurut Harahap (2009:309), rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuannya, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Mengenai rasio-rasio profitabilitas sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 335), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
a.         Margin Keuntungan (Profit Margin)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

                            Laba Bersih
Profit Margin = ------------------
                              Penjualan

Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Menurut Harahap (2009:304), semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba.
b.        Tingkat Pengembalian Aset (Return On Assets)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aset. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

                                     Laba Bersih
Return On Assets = ----------------------
                                        Total Aset

Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai asetnya. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar rasionya semakin bagus karena perusahaan dianggap mampu dalam menggunakan aset yang dimilikinya secara efektif untuk menghasilkan laba.



c.         Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

                                    Laba Bersih
Return On Equity = --------------------
                                         Ekuitas

Rasio ini mengukur berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar rasionya semakin bagus karena dianggap kemampuan perusahaan yang efektif dalam menggunakan ekuitasnya untuk menghasilkan laba.

5.        Analisis Du Pont
Menurut Syamsudin (2000:64), analisis Du Pont adalah ROA yang dihasilkan melalui pekalian antara keuntungan dari komponen-komponen sales serta efisiensi penggunaan total aset di dalam menghasilkan keuntungan tersebut. Sedangkan pendapat Sutrisno (2001:256), analisis Du Pont adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam rasio aktivitas dan net profit margin dan seberapa besar pengaruhnya terhadap ROA.
Menurut Syafarudin (2003:128), analisis Du Pont penting bagi manajer untuk mengetahui faktor mana yang paling kuat pengaruhnya antara profit margin dan total asset turnover terhadap ROA. Disamping itu dengan menggunakan analisis ini, pengendalian beban dapat diukur dan efisiensi perputaran aset sebagai akibat turun naiknya penjualan dapat diukur. Menurut Soediyono (2001:137), yang dapat diuraikan dengan menggunakan analisis Du Pont adalah ROA (Return On Assets) yang merupakan angka pembanding atau rasio antara laba yang diperoleh perusahaan dengan besarnya total aset perusahaan.
Persamaan Du Pont (Du Pont equation) menurut Gitman (2003, hal 147):  

                           ROA = Profit Margin x Total Assets Turnover

                                           Laba Bersih              Penjualan
                           ROA =  -------------------   x   ------------------
                                            Penjualan                Total Aset

                                           Laba Bersih
                           ROA =  -------------------
                                           Total Aset

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis Du Pont merupakan analisis yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam aktivitas rasio dan marjin laba, serta sejauh mana pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian (rate of return). Sistematika kerja analisis Du Pont ini adalah dengan menguraikan ROA yang merupakan angka banding atau rasio, antara laba yang diperoleh perusahaan (Marjin laba bersih) dengan besarnya total aset perusahaan. Melalui persamaan Du Pont dapat dilihat bahwa ROA diperoleh dengan mengalikan marjin laba bersih dan perputaran total aset. Perputaran total aset diperoleh dari hasil bagi antara hasil penjualan dengan jumlah aset, sedangkan marjin laba bersih merupakan hasil bagi antara laba bersih dengan hasil penjualan. Laba bersih merupakan hasil dari penjualan dikurangi beban-beban.
Menurut Munawir (2010:91-92), adapun keunggulan analisis Du Pont antara lain:
a.         Sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang sifatnya menyeluruh dan manajemen bisa mengetahui tingkat efisiensi pendayagunaan aset.
b.        Dapat membandingkan efisiensi penggunaan ekuitas pada perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada di bawah, sama, atau di atas rata-ratanya.
c.         Dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi/bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua beban dan ekuitas ke dalam bagian yang bersangkutan.
d.        Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
e.         Dapat digunakan untuk keperluan kontrol, juga berguna untuk keperluan perencanaan.
Menurut Munawir (2010:92-93), adapun kelemahan dari analisis Du Pont adalah:
a.         ROI suatu perusahaan sulit dibandingkan dengan ROA perusahaan lain yang sejenis, karena adanya perbedaan praktek akutansi yang digunakan.
b.        Kelemahan lain dari teknik analisa ini adalah terletak pada adanya fluktuasi nilai dari uang (daya belinya).
c.         Dengan menggunakan ROA saja tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan antara dua permasalahan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.

6.        Analisis Perbandingan
Menurut Harahap (2009:227), analisis perbandingan adalah teknik analisis laporan keuangan yang dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan secara horizontal dan membandingkan antara satu dengan yang lain, dengan menunjukkan informasi keuangan atau data lainnya baik dalam rupiah atau dalam unit. Teknik perbandingan ini juga dapat menunjukkan kenaikan dan penurunan dalam rupiah atau unit dan juga dalam persentase atau perbandingan dalam bentuk angka perbandingan atau rasio. Tujuan analisis perbandingan ini adalah untuk mengetahui perubahan-perubahan berupa kenaikan atau penurunan akun-akun laporan keuangan atau data lainnya dalam dua atau lebih periode yang dibandingkan.
Menurut Kasmir (2011:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode.
Menurut Harahap (2009:227-228), dalam melakukan analisis laporan keuangan teknik perbandingan ini, kita dapat membandingkannya dengan angka-angka laporan keuangan tahun lalu, angka laporan keuangan perusahaan sejenis, rasio rata-rata industri, dan rasio normatif sebagai standar perbandingan (yardstick). Perbandingan antarpos laporan keuangan dapat dilakukan melalui:
a.       Perbandingan dalam dua atau beberapa tahun (horisontal) misalnya laporan keuangan tahun 1993, dibandingkan dengan laporan keuangan tahun 1994. Perbandingan antara tahun 1996, 1995, 1994, dan seterusnya.
b.      Perbandingan dengan perusahaan yang dianggap terbaik.
c.       Perbandingan dengan angka-angka standar industri yang berlaku (industrial norm). Di Indonesia standar ini belum ada tetapi di USA beberapa perusahaan mengkhususkan diri mensupply informasi rasio ini misalnya Moody’s, Standar & Poor dan lain-lain.
d.      Perbandingan dengan budget (anggaran).
e.       Perbandingan dengan bagian, divisi, atau seksi yang ada dalam suatu perusahaan.

D.           Contoh Kasus




Berikut ini perhitungan Rasio Likuditas (tingkat kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang harus segera dipenuhi dan likuiditas menunjukan tingkat kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendek yang dimiliki)

1.      Current Ratio ( Rasio Lancar )
total aktiva lancar   =   3.929.664    =  4,1
total hutang lancar         959.808
Ini berarti bahwa kemampuan PT. Timah, tbk untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar, untuk tahun 2012 adalah setiap Rp. 1 hutang lancar dijamin oleh Aktiva lancar Rp.4,1

2.      Cash Ratio ( Rasio Lambat)
kas + efek          =   670.411 + 251.651       =   0,96 = 96%
hutang lancar                   959.808
Jika rata-rata industri untuk cash ratio adalah 50 % maka keadaan perusahaanlebih baik dari perusahaan lain. Namun, kondisi rasio kas terlalu tinggi juga kurang baik karena ada dana yang menganggur atau yang tidak atau belum digunakan secara optimal.

3.      Quick Ratio ( Rasio  Cepat atau  Rasio Sangat Lancar)
Aktiva Lancar – Persediaan = 3.929.664 - 1.617.389  =   2,4 kali
Hutang Lancar                                      959.808
Jika rata-rata industri untuk quick ratio adalah 1.5 kali, maka keadaan perusahaan lebih baik dari perusahaan lain. Kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak harus menjual persediaan bila hendak melunasi utang lancar, tetapi dapat menjual surat berharga atau penagihan piutang.

Demikianlah penjelasan tentang  rasio likuiditas pada  PT. Timah, Tbk dan hasilnya posisi keuangan  PT.Timah,Tbk pada tahun 2012  merupakan salah satu perusahaan yang  likuid.

Penulis:
Arsyad Ranggani (41214685)
3DA02

Sumber Referensi:
http://www.kilasekonomi.com/2017/03/analisis-rasio-keuangan.html
http://fadhilanalisis.blogspot.co.id/2011/10/analisis-laporan-keuangan.html
http://uthyns.blogspot.co.id/2016/04/analisis-rasio-laporan-keuangan-dan.html